Indahnya sebuah penyesalan


Seorang yang cantik jelita melipat kusut wajahnya, terdiam dengan pandangan kosong melamunkan nasib dari kesalahannya. Dia tersesat di dalam sebuah ruang gelap yang dingin dan banyak suara triakan rintihan. Air mata mengalir deras, menunjukan ketidak berdayaan menghadapi itu semua. Di ujung kebuntuan dia terlihat pasrah, kini dia memandang seluruh sudut mata angin yang tak terlihat apapun. Dia bersujud dengan tersedu sedan. Dalam sujudnya dia terpejam. Kini semua menjadi sunyi, dingin pun serasa menjauh. Dia melihat cahaya dalam kondisi terpejam. Di kesunyian dia mengungkapkan segala kerumitan persoalan hidupnya, kefatalan dari sebuah perilaku yang tertarik arus kegelapan.

Airmata yang hangat menetes di pipinya seakan ikut melengkapi dialektika yang sedang berlangsung di dirinya. Tak lupa guratan wajah pun ikut berperan memberikan ekspresi sedih di wajahnya. Lengkap sudah kini terlihatlah dia sehancur hancurnya. Seorang insan yg merasa begitu hina bersimpuh dihadapanNya yang maha suci.

Sembuh kah dia setelah itu?

Entahlah tapi aku yakin Tuhan memberikan cambukan itu bukan karena kebencian. Melainkan sebuah kasih sayang. tuhan sangat menyayanginya sehingga Tuhan tidak merelakan perilaku buruk yang dilakukannya. Atau Tuhan memang menitipkan sebuah pengalaman dari kasalahan yang dilakukannya. Bisa juga ini cara Tuhan agar bisa lebih dekat dengan makhluknya.
Agar dia mengerti arti sebuah penyesalan. 

Aku yang hanya menyaksikan moment itu pun hanya terdiam bisu. Semua kalimat hebat yang harusnya ku ucapkan membeku ikut terbalut suasana.




Dia memandang ku penuh dengan harapan akan sebuah kepedulian yang mampu membesarkan hatinya. Menceritakan semua kejadian dengan diam. Air mata yang mewakili kalimat bernada frontal yang meneriakan segala kesalahan dan keburukannya. Tak ada siapapun yang menemaninya di dalam gelap yang dingin. Dia terus merintih mengharap ada seseorang yang mengerti dan memahami. 

"Teruslah bergejolak" seruku. "Lihatlah seberapa besar masalahmu tidak akan mampu melebihi kebesaran dirimu. Jangan menjadi pecundang yang mengecilkan diri karena masalah besar. Ketidak mampuanmu akan mengundang pelukan hangat dari Tuhan. Pergilah untuk diam, rasakan betapa pedulinya orang orang disekitarmu dengan cover acuhnya. Dan yang paling penting rasakan sentuhan Tuhan yang melengkapi dan menguatkanmu." Ucapku tanpa kusadari.


Gadis itu kini berdiri dengan wajah tertunduk yang tertutup gerai rambut panjangnya. Tanpa ekspresi dia berucap lirih "Terimakasih kak sudah membantu menghancurkan hatiku" .dengan wajah bingung tanpa merespon kalimatnya, aku mencoba mencerna kalimat yang barusan terucap. Dan sial aku tetap tidak mengerti. Akhirnya kurespon dengan gelengan kepala. Dia mengangkat kepalanya dan menyibak geraian rambutnya sembari berucap "kini Tuhan memberiku hati baru, dan menghancurkan hati lamaku bersama masalah masalahnya, dengn ini Tuhan akan selalu memelukku dan menjagaku". Senyum tipis menutup kalimatnya, segera kususul dengan senyum yang lega sembari berucap syukur.

Komentar

Postingan Populer